tag:blogger.com,1999:blog-19072793723797866652024-02-20T08:53:00.086-08:00CONTOH MAKALAH SEDERHANACONTOH MAKALAH SEDERHANA, MAKALAH PENDIDIKAN, MAKALAH EKONOMI, MAKALAH ILMU SOSIAL, MAKALAH BAHASA INDONESIA, MAKALAH BAHASA INGGRIS, MAKALAH KEWARGANEGARAAN, MAKALAH SENI BUDAYA, MAKALAH SISTEM INFORMASIUnknownnoreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-1907279372379786665.post-72582154006694021852013-03-13T00:19:00.001-07:002013-03-13T00:19:00.962-07:00Tips Menjadi Konsumen Cerdas Supaya Paham Perlindungan Konsumen<a title="konsumen cerdas paham perlindungan konsumen" rel="dofollow" href="http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/03/konsumen-cerdas-paham-perlindungan-konsumen.html">konsumen cerdas paham perlindungan konsumen</a> , Pemerintah indonesia akhir-akhir ini sangat serius dalam membangun ekonomi di berbagai bidang, pemerintah sadar bahwa negara dengan segala sumber daya yang ada yang dimiliki indonesia sangat memungkinkan bagi negara indonesia untuk menjadi negara maju. Untuk menjadi negara yang maju, syarat utama dan yang paling penting adalah mengembangkan jiwa enterpreneurship seluruh lapisan masyarakat indonesia, tanpa terkecuali. Sebelumnya perlu dijelaskan pengertian Konsumen Cerdas, apa sih Konsumen Cerdas dan apa hubungannya dengan enterpreneurship..? Secara umum kata Konsumen Cerdas itu berarti konsumen yang pemilih, konsumen yang paham betul apa yang dibeli, seberapa pentingnya barang yang di beli dan bisa menilai kualitas barang yang dibeli. Lalu apa hubungannya dengan enterpreneur..?<BR> <a title="konsumen cerdas paham perlindungan konsumen" rel="dofollow" href="http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/03/konsumen-cerdas-paham-perlindungan-konsumen.html">konsumen cerdas paham perlindungan konsumen</a>yang melihat barang tak layak jual tapi beredar dipasaran merajalela maka si Konsumen Cerdas itu akan membuat barang yang lebih baik lagi yang lebih layak untuk di pasarkan, itu untuk konsumen yang benar-benar cerdas, tapi untuk konsumen cerdas biasa setidaknya tidak akan menyesal di kemudian hari karena barang yang dibeli adalah barang yang baik. Menjadi Konsumen Cerdas adalah salah satu slogan dari pemerintah untuk menyadarkan masyarakat untuk bersikap teliti terhadap barang yang akan di beli. Untuk dapat menjadi konsumen cerdas, yaitu sebagai konsumen harus dapat menegakkan hak dan kewajibannya, lakukanlah hal-hal ini, yaitu teliti sebelum membeli, memperhatikan label, kartu manual garansi dan tanggal kadaluarsa, memastikan bahwa produk tersebut sesuai dengan standar mutu K3L, serta membeli barang sesuai dengan kebutuhan dan bukan keinginan. <BR> Konsumen Cerdas, slogan yang sangat indah didengar dan dibaca. Ada banyak alasan kenapa pemerintah indonesia menegaskan masyarakat untuk menjadi konsumen yang cerdas. Yang paling utama adalah pemerintah ingin barang-barang yang beredar di indonesia adalah barang yang layak dan aman di pakai atau konsumsi itu demi keselamatan dan keamanan warga indonesia itu sendiri. Seperti telah kita ketahui, pemerintah telah membuat regulasi atau payung hukum untuk melindungi konsumen, dan secara rutin pemerintah juga melakukan pengawasan. Namun tanpa dukungan nyata dari konsumen payung hukum yang telah ditetapkan pemerintah tidaklah akan efektif. Karena itu, sejalan dengan upaya tersebut, maka partisipasi aktif konsumen untuk bersikap kritis dan membantu Pemerintah dalam melakukan pengawasan sangatlah penting, toh ini juga demi kepentingan kita semua. <BR> <strong>Cara mengetahui barang yang akan kita beli itu baik atau tidak.</strong><br> Menjadi konsumen cerdas harus mengetahui barang yang akan dibeli, cara paling gampang untuk pembelian barang seperti barang-barang elektronik adalah dengan mengecek apakah sudah ada tanda kode produksi dari pemerintah, atau ada kode SNI, dan untuk sayur mayur misalnya yang dijual disupermarket harus mempunyai label dan tanggal kadaluarsa yang jelas dan memastikan bahwa produk tersebut sesuai dengan standar mutu K3L di wadah pembungkusnya. Dan jangan pernah membeli barang black market, atau barang pasar gelap alias barang selundupan. Barang selundupan adalah barang yang tidak melalui uji pemerintahan, tidak membayar pajak kepada negara indonesia dan itu akan sangat merugikan negara indonesia. <br> sekian tips dari saya semoga bisa menjadi rujukan. <BR> <br> SUMBER : <a title="konsumen cerdas paham perlindungan konsumen" rel="dofollow" href="http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/03/konsumen-cerdas-paham-perlindungan-konsumen.html">konsumen cerdas paham perlindungan konsumen</a> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1907279372379786665.post-75799956725721079942013-03-10T08:32:00.001-07:002013-03-10T08:32:31.188-07:00Slogan pemerintah : Konsumen Cerdas Paham Perlindungan KonsumenSebelumnya perlu dijelaskan pengertian Konsumen Cerdas, apa sih Konsumen Cerdas dan apa hubungannya dengan enterpreneurship..? Secara umum kata Konsumen Cerdas itu berarti konsumen yang pemilih, konsumen yang paham betul apa yang dibeli, seberapa pentingnya barang yang di beli dan bisa menilai kualitas barang yang dibeli. Lalu apa hubungannya dengan enterpreneur..? Konsumen Cerdas yang melihat barang tak layak jual tapi beredar dipasaran merajalela maka si Konsumen Cerdas itu akan membuat barang yang lebih baik lagi yang lebih layak untuk di pasarkan, itu untuk konsumen yang benar-benar cerdas, tapi untuk konsumen cerdas biasa setidaknya tidak akan menyesal di kemudian hari karena barang yang dibeli adalah barang yang baik. Menjadi Konsumen Cerdas adalah salah satu slogan dari pemerintah untuk menyadarkan masyarakat untuk bersikap teliti terhadap barang yang akan di beli. Untuk dapat menjadi konsumen cerdas, yaitu sebagai konsumen harus dapat menegakkan hak dan kewajibannya, lakukanlah hal-hal ini, yaitu teliti sebelum membeli, memperhatikan label, kartu manual garansi dan tanggal kadaluarsa, memastikan bahwa produk tersebut sesuai dengan standar mutu K3L, serta membeli barang sesuai dengan kebutuhan dan bukan keinginan. Konsumen Cerdas, slogan yang sangat indah didengar dan dibaca. Ada banyak alasan kenapa pemerintah indonesia menegaskan masyarakat untuk menjadi konsumen yang cerdas. Yang paling utama adalah pemerintah ingin barang-barang yang beredar di indonesia adalah barang yang layak dan aman di pakai atau konsumsi itu demi keselamatan dan keamanan warga indonesia itu sendiri. Seperti telah kita ketahui, pemerintah telah membuat regulasi atau payung hukum untuk melindungi konsumen, dan secara rutin pemerintah juga melakukan pengawasan. Namun tanpa dukungan nyata dari konsumen payung hukum yang telah ditetapkan pemerintah tidaklah akan efektif. Karena itu, sejalan dengan upaya tersebut, maka partisipasi aktif konsumen untuk bersikap kritis dan membantu Pemerintah dalam melakukan pengawasan sangatlah penting, toh ini juga demi kepentingan kita semua.
<br>
<br>artikel dari : <a href="http://gondoharum.blogspot.com/2013/03/konsumen-cerdas-paham-perlindungan-konsumen.html">http://gondoharum.blogspot.com/2013/03/konsumen-cerdas-paham-perlindungan-konsumen.html</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1907279372379786665.post-48811231331917581292013-03-02T03:07:00.000-08:002013-03-02T03:06:41.507-08:00PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PERTANIANPERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PERTANIAN
<br>
<br>A. Asal Mula dan Sebab-sebab Perdagangan
<br>Pertukaran dan perdagangan mula-mula terjadi sebagai akibat langsung dari sifat alam, yaitu perbedaan dalam macam tanah, iklim, pengairan dan kekayaan/sumber alam lainnya. Daerah-daerah dataran rendah menghasilkan padi, jagung dan kacang-kacangan, sedangkan daerah-daerah dataran tinggi menghasilkan sayur-sayuran, teh, buah-buahan dan sebagainya. Dengan demikian spesialisasi perseorangan kemudian menjurus ke spesialisasi daerah dan di negara kita terjadi spesialisasi di pulau-pulau. Jawa menjadi penghasil padi dan gula yang utama, Sumatera penghasil karet, kelapa sawit dan lada, sedangkan Kalimantan penghasil kayu dan hasil-hasil hutan. Spesialisasi alamiah ini kemudian diperkuat oleh peranan manusia yang berupa ketrampilan dan kecakapan, usaha pemupukan modal dan upaya-upaya pembangunan lainnya.
<br>Perdagangan merupakan akibat logis dari adanya spesialisasi antardaerah yang merupakan faktor ekonomi yang sangat penting. Tetapi belakangan ini selain faktor ekonomi, perdagangan dipakai pula untuk mencapai tujuan-tujuan sosial. Sebelum bangsa Belanda datang di Indonesia maka perdagangan antardaerah di Indonesia sudah maju. Kapal-kapal berlayar dengan membawa berbagai macam barang antara pulau yang satu dengan pulau lain, bahkan kemudian di luar negeri, ke Tiongkok, Madagaskar dan lain-lain.
<br>
<br>Teori Keuntungan Absolut dan Komparatif
<br>Adanya spesialisasi dalam produksi pertanian antardaerah yang satu dengan daerah yang lain menimbulkan perdagangan dapat diterangkan secara sederhana dengan teori keuntungan absolut (law of absolute advantage).
<br>Prinsip hukum keuntungan absolut adalah: Suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi barang di mana negara tersebut mempunyai absolute advantage. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh di bawah ini.
<br>
<br>Barang Daerah A Daerah B
<br>Padi 50 unit 25 unit
<br>Kelapa 25 unit 50 unit
<br>
<br>Dalam contoh ini daerah A maupun daerah B masing-masing mampu memproduksi padi dan kelapa. Jika daerah A memproduksi padi maka akan memperoleh 50 unit sedangkan kalau memproduksi kelapa hanya memperoleh 25 unit. Ini berarti biaya yang berupa opportunity cost bagi daerah A untuk memproduksi 1 unit adalah ½ unit kelapa atau opportunity cost untuk memproduksi 1 unit kelapa adalah 2 unit padi. Dengan kata lain produksi kelapa lebih mahal daripada daerah A. Sebaliknya bagi daerah B produksi padi lebih mahal karena opportunity cost-nya adalah 2 unit kelapa untuk tiap unit padi dan opportunity cost untuk memproduksi 1 unit kelapa hanya ½ unit padi. Berarti keuntungan absolut padi adalah di daerah A dan keuntungan absolut kelapa di daerah B. Dalam keadaan ini masing-masing daerah A dan B beruntung bila mengadakan pertukaran hasil-hasil produksi.
<br>Keuntungan dari spesialisasi ini mudah dilihat dengan menjumlahkan semua hasil produksi daerah A dan daerah B untuk padi dan kelapa. Tanpa spesialisasi baik daerah A maupun daerah B mereka akan memproduksi 75 unit padi dan kelapa, sedangkan dengan spesialisasi daerah A akan memproduksi 50 unit padi dan daerah B 50 unit kelapa, berarti memperoleh hasil produksi tambahan 25 unit padi dan kelapa.
<br>Seringkali ada keadaan dimana keuntungan absolut berada di satu daerah, maka ini tidak berarti tidak ada perdagangan lagi karena yang penting bukan keuntungan absolut tetapi keuntungan komparatif atau keuntungan relatifnya. Teori ini mengatakan bahwa suatu daerah akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang mempunyai keuntungan komparatif terbesar atau kerugian komparatif yang terkecil.
<br>
<br>Barang Daerah A Daerah B
<br>Gula 40 unit 20 unit
<br>Tembakau 30 unit 10 unit
<br>
<br>Dalam contoh ini jelas daerah B adalah daerah yang miskin. Baik dalam gula maupun tembakau produktivitasnya lebih rendah daripada daerah A. Jadi gula produktivitasnya setengah daripada daerah A (20:40), sedangkan tembakau produktivitasnya hanya sepertiga (10:30). Dalam keadaan ini daerah A mengadakan spesialisasi dalam produksi tembakau dimana terdapat keuntungan komparatif, sedangkan daerah B pada produksi gula dimana terletak kerugian komparatif yang terkecil. Jadi dalam prinsip keuntungan (dan kerugian) komparatif ini yang penting adalah ratio (perbandingan) produktivitas, bukan produktivitas absolut.
<br>Faktor-faktor yang mendorong spesialisasi bagi suatu daerah antara lain:
<br>1. tidak adanya sumber-sumber alam yang berarti
<br>2. keuntungan komparatif yang tinggi dalam satu produk, baik dalam persediaan bahan baku maupun dalam permodalan dan keterampilan manusia
<br>3. hubungan transpor dan komunikasi yang cukup baik dengan daerah-daerah lain sehingga keburukan-keburukan spesialisasi tidak perlu timbul
<br>4. industri pertanian yang bersangkutan memungkinkan pembagian kerja yang baik dengan daerah-daerah sekitarnya, sehingga membawa keuntungan secara nasional.
<br>
<br>
<br>Sebaliknya ada faktor-faktor lain yang membenarkan kecenderungan ke arah diversifikasi, antara lain:
<br>1. prospek jangka panjang yang kurang menentu dari satu hasil utama
<br>2. tersedianya sumber-sumber alam lain yang mempunyai prospek yang baik dan permintaan yang lebih elastis
<br>3. biaya transpor yang tinggi dalam ekspor-impor antardaerah
<br>
<br>B. Pertanian Indonesia di era globalisasi
<br>Pertanian Indonesia dalam Industrialisasi dan Perdagangan Bebas
<br>Arus utama pembangunan menunjukkan adanya transformasi struktur perekonomian dari pertanian ke industri. Hal ini dapat dibuktikan oleh indikator ekonomi yang menunjukkan menurunnya pangsa pertanian serta meningkatnya pangsa industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Pangsa relatif sektor pertanian dalam PDB yang pada tahun 1967 sekitar 67 persen menurun menjadi hanya 17,2 persen pada tahun 1995. Sementara untuk kurun waktu yang sama pangsa industri meningkat dari 5 persen menjadi 24,3 persen. Inilah yang seringkali disebut-sebut sebagai keberhasilan transformasi. Namun demikian, pangsa tenaga kerja sektor pertanian belum menurun secara berarti, bahkan sampai dengan tahun 1995 masih sebesar 48 persen dari total tenaga kerja. Relatif cepatnya penurunan pangsa pertanian terhadap PDB dibandingkan dengan penurunannya terhadap total tenaga kerja, dapat menunjukkan semakin besarnya tenaga kerja yang terperangkap di bidang pertanian sehingga semakin tidak produktif dan tidak efisien. Dari data tersebut bisa terlihat semakin menurunnya pendapatan perkapita tenaga kerja sektor pertanian.
<br>Proses industrialisasi yang cukup gencar, cepat, dan berhasil tersebut ternyata belum mengkait ke belakang (backward linkage), yakni ke sektor pertanian. Inilah yang mengakibatkan tertinggalnya sektor pertanian dari industri. Tidak saja dalam struktur PDB, tetapi juga dalam struktur masyarakat dimana sampai saat ini masyarakat pertanian (baca: petani) tak kunjung sejahtera dibandingkan masyarakat yang bergerak di bidang industri. Nilai tukar petani yang belum juga membaik, produktivitas dan efisiensi yang rendah, serta sikap mental dan budaya yang masih tradisional membawa mereka pada ketertinggalan.
<br>Fenomena transformasi di atas menjadi tantangan tersendiri bagi pertanian. Apalagi bila dikaitkan dengan situasi internasional yang mengarah pada perdagangan bebas, semakin memperbanyak jumlah pertanyaan tentang prospek pembangunan pertanian Indonesia. Tantangan selanjutnya adalah perdagangan bebas. Sejak terinstitusionalisasinya perdagangan bebas melalui WTO serta kesepakatan-kesepakatan perdagangan kawasan, seperti APEC, AFTA, NAFTA, serta Uni Eropa, dunia akan semakin mengalami perubahan. Tahun 2003 bagi AFTA dan 2010 serta 2020 bagi APEC sudah menjadi momentum yang sulit terelakkan bagi Indonesia. Ini juga sebagai konsekuensi dari upaya Indonesia mengubah haluan dalam strategi ekspornya pada tahun 1980-an, dimana sebelumnya pada tahun 1970-an ekonomi Indonesia lebih bercorak inward looking dengan mengandalkan subtitusi impor menjadi outward looking.
<br>Sikap optimistik Indonesia terhadap perubahan dunia tersebut yang setidaknya diwakili pemerintah dan elit perkotaan, masih dihadapkan pada realitas yang amat kompleks. Misalnya, tentang dampak perdagangan bebas bagi mereka yang berkompetisi di pusat metropolis dunia serta bagi mereka yang saat ini masih termarjinalisasi oleh arus pembangunan yang mayoritas masih bergerak di sektor pertanian. Kemungkinan ketidakseragaman respon dari berbagai struktur masyarakat terhadap perdagangan bebas pada gilirannya nanti akan membawa sejumlah pertanyaan baru: mungkinkah keadilan dan kemakmuran yang merata bisa terwujud, ataukah justru sebaliknya?
<br>Respon pertanian Indonesia yang masih didominasi petani tradisional terhadap perdagangan bebas semakin penting dipahami. Adanya perdagangan bebas tersebut akan memperluas arus perdagangan internasional yang lebih terbuka, transparan, dan kompetitif. Bagi Indonesia, kenyataan ini akan menjadi peluang (opportunity) bila Indonesia telah siap bersaing, tetapi juga dapat menjadi ancaman (threat) bila tidak siap. Kesiapan bersaing ini ditentukan oleh tingkat produktivitas dan efisiensi yang diakselerasi oleh penguasaan teknologi, sikap mental modern, serta pemahaman yang dalam tentang standar mutu internasional dan politik pemasaran yang handal.
<br>Kesiapan bersaing dapat ditunjang dengan dipenuhinya standar internasional dalam mutu. Jaminan mutu (quality assurance) suatu produk khususnya dalam kesehatan dan lingkungan serta persaingan harga akan menjadi kecenderungan pasar. Apa yang dikenal dengan SPS (sanitary and phytosanitary measures) dan TBT (technical barrier to trade) terhadap suatu produk telah disepakati dan selaras dengan aturan-aturan perdagangan internasional.
<br>Tantangan-tantangan di atas dapat menjadi agenda penting untuk pembangunan sektor pertanian. Oleh karena itu menarik untuk dikaji: bagaimana posisii pertanian Indonesia di tengah industrialisasi dan perdagangan bebas, serta bagaimana landasan teoritik untuk implikasi kebijakan yang harus dirumuskan dalam menemukan model pembangunan pertanian masa depan tersebut? Untuk itu fenomena tersebut harus dilakukan akan dianalisis secara teoritik dan empirik.
<br>
<br>C. Industrialisasi dan perdagangan bebas
<br>Industrialisasi Negara Berkembang dan Perdagangan Bebas Dalam Teori
<br>Dalam teori-teori pembangunan, industrialisasi di negara-negara berkembang mempunyai latar belakang yang berbeda dengan negara maju. Gagasan industrialisasi di negara berkembang tersebut dapat ditelusuri dari teori tentang pembagian kerja secara internasional dimana teori ini pula yang mendasari pentingnya perdagangan bebas yang merupakan produk pemikiran para ekonom klasik, sehingga sebenarnya antara industrialisasi dan perdagangan bebas merupakan dua hal yang sangat terkait secara teoritis. Dalam teori ini dinyatakan tentang pentingnya spesialisasi produksi setiap negara berdasarkan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Negara-negara berkembang yang memiliki tanah subur sebaiknya melakukan spesialisasi dalam produksi pertanian. Sementara itu negara-negara di kawasan Utara yang iklimnya tidak cocok untuk pertanian sebaiknya melakukan kegiatan produksi di industri. Bila kedua kelompok negara tersebut mengabaikan prinsip keunggulan komparatif tersebut, maka yang terjadi adalah inefisiensi produksi.
<br>Dengan spesialisasi ini akan terjadi perdagangan internasional yang saling menguntungkan kedua kelompok negara tersebut. Negara-negara pertanian dapat membeli barang-barang industri dengan harga lebih murah. Begitu pula negara-negara industri membeli hasil-hasil pertaniannya secara lebih murah juga dibandingkan bila memproduksi sendiri. Teori ini pula yang juga dapat menjadi landasan bagi pentingnya perdagangan bebas. Setidaknya, Todaro dalam Arif Budiman (1995) menegaskan pentingnya setiap negara untuk melebur dalam perdagangan internasional atas prinsip keunggulan komparatif, karena pada dasarnya setiap negara adalah saling tergantung, dan akan lebih menguntungkan bila negara-negara saling mengisi kelemahan yang ada.
<br>Namun demikian dalam perkembangannya hubungan saling ketergantungan tersebut membawa hasil yang berbeda. Negara industri semakin maju, sedangkan negara berkembang semakin tertinggal. Dalam perdagangan internasional, negara maju lebih beruntung dari pada negara berkembang.
<br>Fenomena keuntungan yang bias ke negara industri disoroti oleh Raul Prebisch yang tertuang dalam karyanya: The Economic Development of Latin America and Its Principal Problems pada tahun 1950. Ketidakseimbangan perdagangan internasional antara negara maju dan negara berkembang, menurut Prebisch, lebih disebabkan oleh adanya penurunan nilai tukar komoditi pertanian terhadap barang-barang industri. Barang-barang industri lebih mahal dari barang pertanian, sehingga menyebabkan defisit neraca perdagangan negara-negara berkembang yang mengandalkan pertanian.
<br>Dalam teori ekonomi sering dinyatakan bahwa komoditi pertanian bersifat inelastis, khususnya bila dilihat dari kecenderungan adanya penurunan konsumsi bahan makanan karena meningkatnya pendapatan. Sebaliknya, meningkatnya pendapatan justru akan meningkatkan konsumsi terhadap barang-barang industri. Akibatnya, anggaran negara pertanian yang digunakan untuk mengimpor barang-barang industri dari negara-negara industri akan semakin meningkat, sedangkan pendapatan dari hasil ekspornya relatif tetap atau bahkan menurun. Inilah yang menimbulkan defisit neraca perdagangan.
<br>Adanya proteksi negara industri atas hasil pertaniannya semakin mempersulit negara berkembang untuk mengekspor hasil pertaniannya. Kesulitan tersebut sampai saat ini masih terus berlangsung. Terakhir, negara industri semakin mampu menemukan teknologi baru pembuat barang-barang sintetik sehingga memperkecil impor bahan mentah pertanian dari negara berkembang. Selain itu, meningkatnya kekuatan politik kaum buruh di negara industri juga berpengaruh pada meningkatnya upah. Ini berimplikasi pada meningkatnya biaya produksi sehingga menyebabkan harga jual meningkat pula. Sementara harga barang hasil pertanian relatif tetap. Akibatnya, nilai uang yang diperoleh negara industri dari hasil ekspornya akan meningkat.
<br>Kenyataan itulah yang membuat Raul Prebisch salah seorang peletak dasar teori ketergantungan mengeluarkan gagasan pentingnya negara-negara berkembang untuk melakukan industrialisasi sebagaimana negara maju. Upaya perintisan Industrialisasi ini dilakukan dengan model industri subtitusi impor (ISI) sebagai "industri bayi" (infant industry). Diharapkan industri ini dapat memproduksi barang-barang yang semula diimpor. Sebagai langkah awal, untuk mengamankan eksistensi industri bayi dari industri besar di negara maju diperlukan campur tangan pemerintah melalui proteksi sampai dengan mendewasanya industri bayi tersebut.
<br>Pemikiran Prebisch tentang ISI "selaras" dengan industrialisasi di negara-negara ASEAN yang rata-rata dilakukan mulai tahun 1960-an. Akan tetapi ternyata alasan utama industrialisasi ala Prebisch belum terbukti secara empirik, setidaknya untuk negara-negara ASEAN. Dalam pandangan Arif dan Hill (1988) terdapat 2 (dua) alasan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, mempercepat proses industrialisasinya. Pertama, adalah pandangan umum bahwa prospek pasar internasional di masa depan bagi produk primer adalah sangat suram sebagaimana pemikiran Prebisch. Pandangan ini dilatarbelakangi oleh pengalaman pada tahun 1950-an dimana terjadi kemerosotan harga-harga produk pertanian setelah mengalami booming pada Perang Korea 1950-1951.
<br>Namun demikian alasan ini tidaklah cukup empirik untuk membuktikan merosotnya nilai tukar produk pertanian (term of trade) sebagai faktor utama adanya industrialisasi dalam kerangka menepis ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju. Hal ini karena diangap kemerosotan tersebut hanyalah bagian dari dinamika perdagangan saja, oleh karena itu industrialisasi lebih didorong oleh keinginan untuk penganekaragaman struktur ekspor, dimana komoditi pertanian tetap dipertahankan seperti sekarang ini .
<br>Kedua, adanya pandangan bahwa negara-negara maju yang pendapatannya tinggi memiliki sektor industri yang sangat besar. Jadi, industrialisasi dipandang sebagai jalan ke arah perkembangan ekonomi yang lebih maju. Jika diamati, pandangan seperti ini merupakan bagian dari paradigma modernisasi yang mengarahkan model pembangunan Barat sebagai "kiblat" bagi negara berkembang. Pandangan kedua ini lebih empirik bila dilihat setting politik ekonomi internasional waktu itu, dimana negara Barat pasca Marshall Plan giat memasarkan gagasan modernisasi negara kalah perang serta negara berkembang sebagai upaya pemulihan akibat Perang Dunia II sekaligus untuk menangkal komunisme di negara-negara berkembang tersebut.
<br>Dalam perkembangannya, setiap negara ASEAN berbeda-beda dalam menerapkan ISI, setidaknya ditunjukkan dari aspek waktu. Filipina tergolong paling lama dalam mempertahankan model ISI yang dimulai pada tahun 1940-an. Sebaliknya Singapura adalah negara tercepat dalam mengganti model ISI, karena cepat pula menyadari kelemahan model ISI tersebut.
<br>ISI memang umumnya menghasilkan pertumbuhan industri yang sangat cepat, namun tidak dapat menjadi landasan bagi babak industrialisasi yang berkesinambungan. Arif dan Hill (1988) mengatakan: Setelah "tahap yang mudah" proses industrialisasi tersebut diselesaikan, yaitu ketika keluaran (out put) barang manufaktur tumbuh dengan batas-batas pasar dalam negeri yang kecil dan diproteksi, maka kurun waktu kejenuhan pasar akan cepat tercapai".
<br>Dengan demikian , tidak akan ada "perembesan" (spill over) otomatis ke pasar ekspor sebagaimana sebelumnya diperkirakan oleh para pembuat kebijakan. Untuk memudahkan, pemeliharaan pertumbuhan industri yang cepat dan berkesinambungan di Malaysia, Filipina dan Muangthai sekitar tahun 1970-an dan di Indonesia sekitar tahun 1980 memerlukan usaha promosi ekspor yang sungguh-sungguh maupun putaran kedua substitusi impor dalam kegiatan-kegiatan yang lebih padat modal dan padat ketrampilan.
<br>Bagi Indonesia strategi promosi ekspor yang dimulai tahun 1980-an lebih banyak dilatarbelakangi adanya kemorosotan harga minyak yang semula menjadi andalan utama ekspor. Kelangsungan ISI yang lama tersebut merupakan kajian ekonomi politik, dimana diduga terkait dengan kuatnya hubungan birokrasi (pemberi fasilitas proteksi) dengan swasta sebagai penerima fasilitas sekaligus pemberi rente, sehingga memunculkan kolusi dan korupsi yang masih menggejala hingga sekarang. Lambatnya kesadaran untuk mengganti strategi industrialisasi tersebut, jelas mempengaruhi kinerja industrialisasi dewasa ini yang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainya, khususnya Malaysia, Singapura, dan Thailand, posisi Indonesia masih relatif berada di bawah mereka.
<br>Dampak industrialisasi terhadap perkembangan ekonomi tampak semakin signifikan, namun inipun tidak terlepas dari masalah-masalah yang bersifat struktural. Misalnya, ketergantungan teknologi (technological dependency) negara berkembang terhadap negara maju yang akan mempersulit negara berkembang mengejar ketertinggalan, sebagaimana sering disuarakan Dos Santos penganut teori ketergantungan. Begitu pula dalam bantuan modal asing yang dapat mengganggu proses kemandirian negara berkembang. Yang terakhir ini bantuan modal belum terbukti mengganggu kemandirian, setidaknya bila diperhatikan keberanian Indonesia untuk membubarkan IGGI.
<br>
<br>BLOG TENTANG CONTOH MAKALAH GRATIS : <a href="http://sejuta-makalah.blogspot.com">sejuta-makalah.blogspot.com</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1907279372379786665.post-44482459167996256622013-02-28T06:40:00.001-08:002013-02-28T06:40:45.159-08:00Contoh Makalah EkonomiPendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu Negara (daerah). Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh fertilitas masyarakat. Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu Negara.
<br>
<br>
<br>Hampir semua negara berkembang menghadapi masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya tingkat melek huruf yang rendah, pemerataan pendidikan yang rendah, serta standar proses pendidikan yang relatif kurang memenuhi syarat.
<br>
<br>contoh makalah ekonomi
<br>
<br>Padahal kita tahu, bahwa pendidikan merupakan suatu pintu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak harus dilakukan. Karena dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dapat memberikanmultiplier efect terhadap pembangunan suatu negara, khsususnya pembangunan bidang ekonomi.
<br>
<br>
<br>Pendidikan merupakan bentuk investasi sumber daya manusia yang harus lebih diprioritaskan sejajar dengan investasi modal fisik karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang. Di mana nilai balik dari investasi pendidikan (return on investment = ROI) tidak dapat langsung dinikmati oleh investor saat ini, melainkan akan dinikmati di masa yang akan datang.
<br>
<br>contoh makalah ekonomi
<br>
<br>Mengingat modal fisik, tenaga kerja (SDM), dan kemajuan teknologi adalah tiga faktor pokok masukan (input) dalam produksi pendapatan nasional. Maka semakin besar jumlah tenaga kerja (yang berarti laju pertumbuhan penduduk tinggi) semakin besar pendapatan nasional dan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi. Pertanyaannya, apakah ada pengaruh pendidikan terhadap petumbuhan ekonomi? Bagaimana cara pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dan bagaimana kondisi atau realitas di Indonesia?
<br>contoh makalah ekonomi
<br>
<br>
<br>kamu bisa download di sumber : <a href="http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-ekonomi-pendidikan-dan.html">http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-ekonomi-pendidikan-dan.html</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1907279372379786665.post-43116100728763425812013-02-28T05:46:00.001-08:002013-02-28T05:46:24.535-08:00Contoh Daftar Pustaka1.1 Latar Belakang
<br>
<br>
<br>Perkembangan teknologi informasi telah menjadi pemicu terhadap upaya perubahan sistem pembelajaran di sekolah. Upaya untuk melepaskan diri dari kungkungan pembelajaran konvensional yang memaksa anak untuk mengikuti pembelajaran yang tidak menarik, dan membosankan.
<br>Kondisi sekolah, senantiasa dituntut untuk terus-menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, sehingga sekolah yang tetap berkutat pada instruksional kurikulum hanya akan membuat peserta didik gagap melihat realitas yang mengepungnya.
<br>Pemanfaatan teknologi merupakan kebutuhan mutlak dalam dunia pendidikan (persekolahan) sehingga sekolah benar-benar menjadi ruang belajar dan tempat siswa mengembangkan kemampuannya secara optimal, dan nantinya mampu berinteraksi ke tangah-tengah masyarakatnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu untuk memiliki teknologi penunjang sehingga bisa menjadikannya sebagai media pembelajaran yang menarik, interaktif, dan mampu mengembangkan kecakapan personal secara optimal, baik kecakapan, kognitif, afektif, psikomotrik, emosional dan spiritualnya.
<br>
<br>
<br>1.2 Identifikasi
<br>Tidak adanya motivasi mengakibatkan munculnya kebosanan akibat pembelajaran yang saat ini terkesan monoton. Sehingga tercipta metode belajar yang lebih menarik dan efektif. Dengan adanya ruang multimedia yang digunakan sebagai fasilitas pembelajaran, diharapkan dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
<br>Dengan rendahnya motivasi dan terbatasnya fasilitas dapat mengakibatkan lambannya peningkatan mutu pendidikan.
<br>
<br>
<br>1.3 Rumusan masalah
<br>Pembelajaran di sekolah bertujuan untuk membangun pengetahuan siswa dalam bidang studi atau keterampilan tertentu. Pengetahuan itu bisa diperoleh dengan berbagai cara, namun apapun cara yang dilakukan oleh guru atau pembimbing tidak lain hanyalah untuk "membelajarkan siswa" baik di dalam maupun di luar kelas. Guru perlu cara yang mampu menggugah motivasi siswa untuk belajar, karena guru dewasa ini bukanlah satu-satunya objek pembelajaran, namun perannya lebih besar sebagai mediator transfer ilmu. Berkaca dari realita yang ada di masyarakat umum, sebagian anak perlu diperintah untuk belajar dan lebih suka menonton televisi. Jawabannya karena motivasi. Penyajian materi yang disajikan melalui televisi lebih menarik daripada penyajian materi di dalam kelas oleh guru. Penggunaan ruang multimedia merupakan pilihan yang sangat populer saat ini sebagai wujud implementasi e-learning. Guru menggunakan fasilitas komputer/laptop dan LCD sebagai alat bantu untuk melaksanakan pembelajaran dan menyampaikan materi di kelas. Materi disusun dalam format presentasi atau menggunakan pemutaran video yang berkaitan dengan materi.
<br>Perkembangan tehnologi informasi dan komunikasi telah memberikan pergeseran dalam pembelajaran, misalnya interaksi guru dan siswa tidak harus dilaksanakan dengan tatap muka, tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media yang tersedia dalam laboratorium multimedia. Perubahan demi perubahan, khususnya dalam bidang teknologi informasi telah mengantarkan manusia memasuki era digital.
<br>Ruang multimedia yang dimaksudkan oleh penulis adalah ruangan yang didalamnya terdapat beberapa komputer yang cukup representatif untuk seluruh siswa dalam satu kelas dan sudah disetting dengan LAN (Lokal Area Network), LCD untuk menayangkan presentasi guru, headphone di tiap komputer untuk mendengarkan suara guru dari komputer induk (server), mikrophone dan sound sistem yang berfungsi sebagai pengeras suara sehingga dapat terdengar oleh seluruh siswa dalam kelas, sambungan internet, printer dan AC (Air Conditioning) jika memungkinkan. Untuk ini memang dibutuhkan investasi awal yang cukup besar baik dari penyediaan sarana komputer/laptop, LCD, headphone dan lain-lain, beban operasional yang semakin besar serta biaya perawatan yang juga mahal. Selain itu dibutuhkan kemauan serta kemampuan dari para tenaga pendidikan untuk melakukan renovasi pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang berbasis ICT (Information Cmunication Technologi) juga siswa sebagai subjek pembelajar yang mampu/terampil menggunakan sarana yang tersedia. Ruang multimedia dapat digunakan untuk semua bidang studi baik untuk menyampaikan materi melalui audio-visual (layar LCD), audio saja (headphone) yang biasanya digunakan untuk program bahasa, menyampaikan tugas/ulangan kepada siswa. Mengakses materi pelajaran melalui internet atau chating dengan siswa lain di dalam ruangan itu yang tentunya lebih menarik bagi siswa dan lebih memudahkan bagi guru untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
<br>
<br>
<br>1.4 Tujuan Penulisan
<br>Makalah ini dibuat penulis ditujukan untuk :
<br>1. Memudahkan siswa dalam menyerap dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh pengajar.
<br>2. Meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology)
<br>3. Memberikan pilihan metode baru bagi pengajar dalam menyampaikan materi.
<br>
<br>sumber : <a href="http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-bahasa-indonesia-untuk.html">http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-bahasa-indonesia-untuk.html</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1907279372379786665.post-91524513605556771942013-02-28T05:37:00.000-08:002013-02-28T05:38:01.698-08:00Contoh Daftar PustakaDAFTAR PUSTAKA
<br>
<br>Arief, M. Rudyanto. (2011), Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP & MySQL, Andi, Yogyakarta.
<br>
<br>Darsono, agustinus. ( 2011 ), Hotel Front Office, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
<br>
<br>Febrian. Jack (2007)Kamus Komputer & Teknologi Informasi.Informatika. Informatika, Bandung
<br>
<br>Hanif Al Fatta.(2007) Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta
<br>
<br>Jogiyanto. (2007) Komponen sistem informasi, Andi, Yogyakarta
<br>
<br>Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid II
<br>
<br>Kristanto. Andri (2008) Perancangan Sistem Informasi, Andi,Yogyakarta
<br>
<br>Kusrini. dan Koniyo Andri.(2007)Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi Dengan Visual Basic Dan Microsoft SQL Server. Andi,Yogyakarta
<br>
<br>MADCOMS, (2011),Aplikasi Web Database dengan Dreamweaver dan PHP-MySQL, Andi, Yogyakarta.
<br>
<br>Sigit W., Aloysius (2011),Website Super Canggih denagn Plugin jQuery Terbaik,. Cet. I, Mediakita, Jakarta.
<br>
<br>SK. Menteri Perhubungan No.PM.10/Pw.301/Phb.77
<br>
<br>Sutanta, Edhy. (2011),Basis Data Dalam Tinjauan Konseptual, Andi, Yogyakarta.
<br>
<br>Zulkifli AM. (2009), Sistem Informasi Manajemen, Andi, Bandung
<br>
<br>sumber : <a href="http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-daftar-pustaka-makalah.html">http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-daftar-pustaka-makalah.html</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1907279372379786665.post-86502866128767009812013-02-28T05:24:00.001-08:002013-02-28T05:24:42.696-08:00Contoh Makalah Kesehatan dengan judul PERSIAPAN DALAM PERSALINANIX. DAFTAR PUSTAKA
<br>
<br>Arief, M. Rudyanto. (2011), Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP & MySQL, Andi, Yogyakarta.
<br>
<br>Darsono, agustinus. ( 2011 ), Hotel Front Office, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
<br>
<br>Febrian. Jack (2007)Kamus Komputer & Teknologi Informasi.Informatika. Informatika, Bandung
<br>
<br>Hanif Al Fatta.(2007) Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta
<br>
<br>Jogiyanto. (2007) Komponen sistem informasi, Andi, Yogyakarta
<br>
<br>Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid II
<br>
<br>Kristanto. Andri (2008) Perancangan Sistem Informasi, Andi,Yogyakarta
<br>
<br>Kusrini. dan Koniyo Andri.(2007)Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi Dengan Visual Basic Dan Microsoft SQL Server. Andi,Yogyakarta
<br>
<br>MADCOMS, (2011),Aplikasi Web Database dengan Dreamweaver dan PHP-MySQL, Andi, Yogyakarta.
<br>
<br>Sigit W., Aloysius (2011),Website Super Canggih denagn Plugin jQuery Terbaik,. Cet. I, Mediakita, Jakarta.
<br>
<br>SK. Menteri Perhubungan No.PM.10/Pw.301/Phb.77
<br>
<br>Sutanta, Edhy. (2011),Basis Data Dalam Tinjauan Konseptual, Andi, Yogyakarta.
<br>
<br>Zulkifli AM. (2009), Sistem Informasi Manajemen, Andi, Bandung
<br>
<br>sumber : <a href="http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-daftar-pustaka-makalah.html">http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-daftar-pustaka-makalah.html</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1907279372379786665.post-8566399697536033612013-02-28T05:12:00.001-08:002013-02-28T05:12:18.092-08:00Contoh Makalah Kesehatan dengan judul PERSIAPAN DALAM PERSALINANIni adalah contoh makalah kesehatan yang berjudul persiapan dalam
<br>persalinan, makalah kesehatan tentang persiapan dalam persalinan ini
<br>bisa diambil gratis untuk kamu yang sedang mencari referensi untuk
<br>belajar. contoh makalah kesehatan
<br>
<br>A. latar belakang Kehamilan dan persalinan adalah proses yang normal,
<br>tapi tidak menutup kemungkinan akan adanya berbagai persoalan. Oleh
<br>karena itu, dibutuhkan pemantauan kesejahteraan janin, serta persiapan
<br>persalinan dan kelahiran yang matang Orang-orang di sekitarnya seperti
<br>bidan dan terutama keluarga harus turut serta menjaga kesejahteraannya.
<br>
<br> B. TUJUAN
<br>
<br>a. Tujuan Umum Agar mahasiswa lebih memahami tentang persiapan
<br>persalinan dan kelahiran. b.Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui dan
<br>memahami tentang pengertian persiapan persalinan dan kelahiran 2) Untuk
<br>mengetahui dan memahami tentang komponen penting dalam rencana
<br>persalinan 3) Untuk mengetahui dan memahami tentang Persiapan ibu akan
<br>bersalin contoh makalah kesehatan
<br>
<br>C. RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana menghadapi persiapan persalinan dan
<br>kelahiran bayi? b. Apakah komponen penting dalam rencana persalinan? c.
<br>Apakah yang harus dipersiapkan ibu akan bersalin?
<br>
<br>baca selengkapnya di sumber :<a href="http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-kesehatan-persiapan.html">http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-kesehatan-per
<br>siapan.html</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1907279372379786665.post-39062535721047673042013-02-27T21:41:00.000-08:002013-02-27T21:42:00.549-08:00Contoh Pendahuluan Makalah Kebijakan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2005) yang dituang-kan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indo-nesia menggariskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara tematik dan integratif (terpadu) dengan memfokuskan pada aspek keterampilan berbahasa (kompetensi komunikatif, Savignon, 1983). Pembelajaran bahasa Indonesia seperti itu sebenarnya sudah dikenal sejak diberlakukannya Kurikulum 1994. Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi komunikatif, yakni kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Terkait dengan kurikulum yang berlaku sekarang, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), tuntutan terhadap kompetensi komunikatif tersebut tidaklah menimbulkan permasalahan, mengingat sejak dulu kurikulum bahasa Indonesia sudah berorientasi pada kompetensi.
<br>Pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan secara tematik, artinya bahwa tiap kegiatan berbahasa pastilah berpangkal pada tema tertentu. Implikasinya, secara operasional suatu sajian pembelajaran bahasa Indonesia di dalam suatu pertemuan haruslah menggunakan suatu tema tertentu. Misalnya, jika dalam suatu pertemuan dipilih tema teknologi, diskusinya tentang teknologi, begitu pula kosakatanya,
<br><a href="<a href="http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-pendahuluan-makalah.html">http://sejuta-makalah.blogspot.com/2013/02/contoh-pendahuluan-makalah.html</a>">Baca selengkapnya</a>
<br>
<br>[category Contoh]
<br>[tags contoh makalah, contoh pendahuluan makalah, pendahuluan makalah]Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1907279372379786665.post-82226118861638923012013-02-22T22:03:00.001-08:002013-02-22T22:03:27.549-08:00Teori Belajar Bahasa : Teori Generatif<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-outline-level: 1; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Teori Generatif</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pembicaraan tentang berbagai teori
belajar bahasa itu dapat diibaratkan sebagai sebuah kontinuum. Di ujung yang
satu berdiri tegak teori behaviorisme dan di ujung lain berdiri kukuh teori
yang akan kita bahas sekarang ini, yakni teori generatif. Teori generatif
mengguakan pendekatan rasionalistik. Teori itu melemparkan pertanyaan yang
lebih dalam untuk mencari penjelasan yang gamblang dan jelas tentang rahasia
pemerolehan dan belajar bahasa. Kegagalan atau setidak-tidaknya penjelasan yang
masih bersifat parsial dari pandangan behaviorisme tentang bahasa anak-anak
menyebabkan kita bertanya lebih banyak lagi. Tidak ada penelitian ilmiah yang
menunjukkan kedalamannya dan ketuntasannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ada dua tipe teori generatif yang telah
membuat markanya masing-masing dalam penelitian bahasa. Keduanya beragih ujung
yang sama pada kontinuum. Tipe pertama ialah golongan nativis dan kedua ialah
golongan kognitivis.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-outline-level: 1; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">a. Nativisme</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></b>Istilah
nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran bahasa
ditentukan oleh bakat. Bahwa kita dilahirkan itu sudah memiliki bakat untuk
memperoleh dan belajar bahasa. Teori tentang bakat bahasa itu memperoleh
dukungan dari berbagai sisi. Eric Lenneberg (1967) membuat proposisi bahwa
bahasa itu merupakan perilaku khusus manusia dan bahwa cara pemahaman tertentu,
pengkategorian kemampuan, dan mekanisme bahasa yang lain yang berhubungan
ditentukan secara biologis. Chomsky (1965) menyatakan dengan cara yang hampir
sama bahwa eksistensi bakat tersebut bermanfaat untuk menjelaskan rahasia
penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu yang singkat. Padahal, kaidah bahasa
begitu banyak. Menurut Chomsky, bakat bahasa itu terdapat dalam kotak hitam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(black box)</i> yang disebutnya sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">language acquisition device</i> (LAD) atau piranti
pemerolehan bahasa. McNeill mendeskripsikan LAD itu terdiri atas empat bakat
bahasa, yakni:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-list: l1 level2 lfo2; tab-stops: list 72.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">1)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan bunyi yang
lain dalam lingkungannya;</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-list: l1 level2 lfo2; tab-stops: list 72.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">2)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ke dalam variasi yang beragam;</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-list: l1 level2 lfo2; tab-stops: list 72.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">3)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin
dan sistem yang lain yang tidak mungkin;</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-list: l1 level2 lfo2; tab-stops: list 72.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">4)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>kemampuan untuk tetap mengevaluasi sistem perkembangan
bahasa yang membentuk sistem yang mungkin dengan cara yang paling sederhana
dari data kebahasaan yang diperoleh. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Untuk memahami dengan baik konsep LAD McNeill itu, perhatikanlah
anak-anak yang ada di sekeliling Anda. Ardo, misalnya,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>adalah seorang anak laki-laki yang berusia
dua setengah tahun. Ia sudah pintar berkomunikasi dengan ayah dan ibunya, serta
kakak-kakaknya, bahkan dengan teman-temannya. Perhatikan dialog berikut ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Bapak<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Ardo sudah mandi belum?</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Ardo<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Udah.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Bapak<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Dingin enggak?</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Ardo<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Ndak. (Ardo biasa mandi memakai air
hangat).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(Tiba-tiba terdengar suara tokek berbunyi).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Pa, ada entek (maksudnya tokek).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Bapak<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Bagaimana bunyi tokek, Ardo?</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Ardo<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Otok, otok, entek, otok, otok entek.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Bapak<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Bunyinya entek, entek, begitu? (Bapaknya
mencoba menggodanya)</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Ardo<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Butan. Otok, otok entek, otok,otok, entek.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Bapak<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: (tertawa) Oh, otok,otok tekek, otok,otok
tekek, begitu?</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Ardo<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Iya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ardo yang berumur dua tahun itu
sudah bisa membedakan antara bunyi bahasa, yang hanya berasal dari alat ucap
manusia, dengan bunyi lain, yakni bunyi binatang tokek. Manusia sejak lahir
sudah dikaruniai bakat, kemampuan untuk dapat membedakan bunyi bahasa dengan
bunyi-bunyi lain di sekitarnya. Ketika Ardo dipanggil namanya, ia akan
menjawab. Tetapi, ketika, misalnya, ada seekor kucing mengeong di dekatnya, ia
tidak akan menjawab, suara kucing itu. Mungkin ia bereaksi, tetapi jelas bukan
untuk menjawab sang kucing, tidak seperti ketika ia dipanggil oleh teman,
kakak, atau oleh ayah dan ibunya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Contoh peristiwa berikut ini adalah
bukti bahwa anak manusia sejak lahir sudah dikaruniai bakat untuk dapat
memiliki pengetahuan tentang kalimat yang mungkin dan kalimat yang tidak
mungkin. Kalau mau tidur, lazimnya Ardo dininabobokkan oleh ibu atau bapaknya
dengan lagu yang sudah sangat terkenal, yakni lagi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Nina Bobok.</i> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Ibu<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Nina bobok, oh, nina bobok. Kalau nggak
bobok digigit nyamuk.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Ardo<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: (tampaknya belum tidur, dan menirukan
ibunya) Nina bobok, oh nina bobok,</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>talau ndak bobok dididit pak aum.
(Pak aum, maksudnya harimau).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Dari contoh itu jelas Ardo memproduksi ujaran yang belum pernah
dipajankan sebelumnya. Ia mampu menghasilkan ujaran-ujaran baru, yakni ujaran-ujaran
yang mungkin. Bentuk <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nyamuk</i>
digantinya dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">harimau</i> yang memang
secara gramatikal itu benar. Ia tidak akan memproduksi, misalnya, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">jika ndak bobok dididit minum</i>. Ardo
sudah mempunyai kemampuan bawaan bahwa bentuk <i style="mso-bidi-font-style: normal;">minum</i> dalam hal ini tidak dapat menggantikan posisi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nyamuk</i>. Bahkan dalam kesempatan yang
lain ia memproduksi bentuk ujaran [<i style="mso-bidi-font-style: normal;">dididit
aak</i> (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">kakak</i>), <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dididit mama, dididit titus, dididit anjin</i>], dan seterusnya. Jadi,
kemampuan untuk membedakan kalimat yang gramatikal dan kalimat yang tidak
gramatikal sudah merupakan bakat bawaan manusia.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Perhatikan perilaku berbahasa Ardo
pada contoh di atas. Ardo belum dapat mengucapkan bunyi [k, g, ]. Ia juga belum
dapat mengucapkan bunyi [l, r]. Bahkan untuk menyebut [tokek] ia mengatakan
[entek]. Seiring perjalanan waktu ia akan terus-menerus mengevaluasi sistem
bahasanya dan pada saatnya nanti ia pasti akan dapat mengucapkan bunyi-bunyi
itu dengan tepat. Hal itu terjadi pada kakaknya, Fredo, yang sekarang sudah
berumur 12 tahun. Pada usia lima
tahun, Fredo mampu dengan baik mengucapkan bunyi, [k, g, l, r] dan juga dengan
tepat ia mengucpkan tokek, meskipun pada saat seusia Ardo, Fredo juga
menunjukkan perilaku berbahasa yang tak jauh berbeda dengan Ardo. Manusia
mempunyai bakat untuk terus-menerus mengevaluasi sistem bahasanya dan terus-menerus
mengadakan revisi untuk pada akhirnya menuju bentuk yang berterima di
lingkungannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Argumentasi filosofis yang
dikemukakan McNeill (1968) tentang LAD itu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>benar-benar tepat dan langsung sasaran.
Menurut McNeill, karena teori stimulus-respons itu begitu terbatas, maka
masalah pemeroelhan dan pembelajaran bahasa itu jauh dari jangkauannya.
Proposisi LAD benar-benar mengarah pada aspek rawan pemerolean<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bahasa. Aspek makna, keabstrakan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan kreativitas dapat dijelaskan meskipun
hanya secara implicit. Jika tadi diconttohkan Ardo dapat secara kreatif
membentuk frase baru <i style="mso-bidi-font-style: normal;">digigit kakak, digigit
bapak, digigit ibu, digigit anjing, digigit tikus</i> dan sebagainya,
kreativitas semacam itu dapat dilacak dan dijelaskan karena manusia dikaruniai
bakat untuk berkreasi semacam itu. Ada
piranti yang dipolakan dalam otak manusia. Siapa yang memberikan? Tuhan Yang
Maha Agunglah yang memberikan karunia itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Mungkin kita akan menyangkal akan
adanya piranti pemerolehan bahasa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>atau
LAD itu karena pada kenyataannya piranti itu tidak kasat mata, tidak dapat
diobservasi. Yang dapat kita ketahui atau yang dapat kita lacak adalah gejala
pemerolehan bahasanya. Nah, Anda mungkin akan berkomentar bahwa kaum nativis
dalam hal ini tidak akan lebih baik dari kaum behavioris untuk memecahkan
misteri pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Namun, bagaimanapun juga, McNeill
telah memberikan sumbangan penting untuk penelitian lebih lanjut seperti sistem
bahasa yang abstrak, kesemestaan bahasa, teori makna, dan hakikat pengetahuan
manusia. Ini merupakan arah permulaan yang positif yang menghasilkan banyak
kemungkinan yang tidak diketahui oleh kaum<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>behavioris.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sumbangan lain kaum nativis yang
dapat dianggap praktis ialah bukti bila kita melihat penemuan yang dibuat
tentang bagaimana sistem bahasa anak itu bekerja. Chomsky, McNeill, dan
koleganya membantu kita untuk melihat bahwa bahasa anak adalah sistem yang sah
dalam sistem mereka. Perkembangan bahasa anak bukanlah proses perkembangan
sedikit demi sedikit struktur yang salah, bukan dari bahasa tahap pertama yang
lebih banyak salahnya ke tahapan berikutnya. Bahasa anak pada setiap tahapan
itu sistematik dalam arti anak secara terus-menerus membentuk hipotesis dengan
dasar masukan yang diterimanya dan kemudian mengujinya dalam ujarannya sendiri
dan pemahamannya. Selama bahasa anak itu berkembang, hipotesis itu terus
direvisi, dibentuk lagi, atau kadang-kadang dipertahankan. Ardo, misalnya,
secara konsisten ia mengucapkan bunyi [k, g] menjadi [t dan d]. Perhatikan
ucapan kata-kata berikut ini oleh Ardo.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">butan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bukan</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">atu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>aku</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">patu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>paku</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">doyen <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>goreng</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">dobok<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>goblok</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">dsb.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sebelum linguistik generatif menjadi
terkenal, Jean Berko (1956) menunjukkan bahwa anak belajar bahasa bukan sebagai
urutan yang terpisah-pisah, tetapi sebagai sistem yang integral. Dengan
menggunakan tes kosakata yang tak bermakna, Berko menemukan bahwa anak yang
berbicara bahasa Inggris sejak usia 4 tahun menerapkan kaidah pembentukan
jamak, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">present progressive, past tense</i>,
tunggal ketiga dan posesif.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>McNeill dan kawan-kawan menyajikan
kajian yang cepat tentang hakikat pemerolehan bahasa anak secara sistematik. Dengan
membuang jauh-jauh kendala behavioristik, peneliti bebas untuk membuat konstruk
hipotetis tentang bahasa anak, meskipun tata bahasa semacam itu selalu
berdasarkan pada data yang solid. Tata bahasa ini merupakan representasi formal
dari struktur batin, struktur yang tidak terwujudkan secara nyata dalam ujaran.
Ahli bahasa mulai meneliti bahasa anak dari bentuk awalnya yakni telegrafis
pada bahasa yang kompleks dari anak berusia 5 sampai 10 tahun. Dengan meminjam
istilah struktural dan paradigma behavioristik, mereka mendekati data dengan
makna pendahuluan untuk sistem yang konsisten secara internal, sama seperti
para linguis mendeskripsikan bahasa dari data lapangan. Penggunaan kerangka generatif
merupakan kajian dari metodologi struktural.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Model generatif memungkinkan
peneliti tahun 60-an mengambil langkah panjang untuk memahami proses
pemerolehan dan pembelajaran bahasa . Tata bahasa awal anak-anak mengacu pada
tata bahasa tumpu (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">pivot grammar</i>).
Berdasarkan observasi, hal itu menunjukkan bahwa ujaran anak satu dua kata
mula-mula merupakan perwujudan dua kelas kata terpisah dan bukan hanya dua kata
yang dilemparkan bersama secara acak. Kaidah pertama bagi tata bahasa generatif
ialah:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-outline-level: 1; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kalimat ------<span style="font-family: Wingdings; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: Wingdings;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span></span>
kata tumpu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>+<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kata terbuka</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pendekatan nativisme kepada bahasa
anak sekurang-kurangnya mempunyai dua sumbangan penting untuk memahami proses
pemerolehan bahasa pertama, yakni:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-list: l0 level2 lfo1; tab-stops: list 72.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">a)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>bebas dari keterbatasan dari metode ilmiah untuk
menjelajah sesuatu yang tidak tampak, tak dapat diobservasi, berada di bawah
permukaan, tersembunyi, struktur kebahasaan yang abstrak yang dikembangkan oleh
anak;</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-list: l0 level2 lfo1; tab-stops: list 72.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">b)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>deskripsi bahasa anak sebagai sistem yang sah, taat
kaidah, dan konsisten.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-list: l0 level2 lfo1; tab-stops: list 72.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">c)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>konstruksi sejumlah kekayaan potensial dari tata bahasa
universal.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-outline-level: 1; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">b. Kognitivisme <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kerangka nativis pun masih mempunyai
kelemahan-kelemahan. Akhir tahun 60-an merupakan saksi pergeseran kontinuum,
tetapi bergerak lebih pada hakikat bahasa. Kaidah generatif yang diproposisikan
oleh kelompok nativis itu nerupakan sesuatu yang abstrak, formal, eksplisit,
dan logis, meskipun mereka berkaitan khususnya dengan bahasa dan buka tataran
bahasa yang sangat dalam, pada tataran di mana ingatan, persepsi, pikiran,
makna, dan emosi diorganisasikan secara berhubungan struktur super pikiran
manusia. Ahli bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan satu manifestasi dari
perkembangan umum, satu aspek dari kemampuan kognitif dan afektif yang
berkaitan dengan dunia dan dirinya sendiri. Para
ahli bahasa mulai melihat bahwa kaum nativis sebenarnya gagal untuk menemukan
hakikat makna yang sebenarnya. Kaidah yang diwujudkan dalam bentuk persamaan
matematika pada hakikatnya gagal untuk menangkap sesuatu yang sangat penting
dalam bahasa, yakni makna. Kaidah generatif yang dikembangkan oleh kaum nativis
gagal untuk menangkap dan menjelaskan fungsi bahasa.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Lois Bloom (1971) menunjukkan
kritiknya terhadap tata bahasa tumpu (pivot grammar). Ia menunjukkan bahwa
hubungan kata dalam ujaran telegrafik itu hanya mirip dalam permukaannya saja.
Ujaran <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">sepatu ibu</b>, misalnya, oleh
kelompok nativis selalu dianalisis terdiri atas unsur tumpu <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ibu</b> dan kata terbuka <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">sepatu. </b>Menurut Bloom kalimat semacam
itu bisa saja mengandung tiga buah kemungkinan, yakni:</div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Ibu memakai sepatu;</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Ibu melihat sepatu;</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l2 level1 lfo3; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Sepatu ibu.</li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Dengan melihat
data dalam teks, Bloom menyimpulkan bahwa yang mendasarinya ialah struktur dan
bukan hanya urutan kata<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dalam permukaan
saja. Gejala yang tersembunyi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>semacam
itu tidak akan ditangkap dalam tata bahasa tumpu.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Penelitian Bloom dengan Jean Piaget,
Slobin, dan lain-lain, merupakan penunjuk jalan bagi gelombang baru atas kajian
bahasa anak. Kali ini penelitian itu terpumpun pada prasyarat kognitif dari
perilaku berbahasa. Piaget mendeskripsikan perkembangan menyeluruh sebagai
hasil interaksi komplementer antara kapasitas kognitif perseptual pengembangan
anak dan dengan pengalaman kebahasaannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Slobin (1971) mengatakan bahwa dalam
semua bahasa, belajar semantik bergantung pada perkembangan kognitif. Urutan
perkembangan itu lebih ditentukan oleh kompleksitas semantik daripada
kompleksitas struktural. Bloom (1976) menyatakan bahwa penjelasan perkembangan
bahasa bergantung pada penjelasan kognitif yang terselubung. Apa yang diketahui
anak akan menentukan kode yang dipelajarinya. Untuk memahami pesan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan menyampaikannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dengan demikian, peneliti bahasa
anak mulai mengatasi formulasi kaidah fungsi bahasa. Pada saat yang sama, ahli
bahasa teoretis mulai menyadari bahwa tata bahasa teoretis dalam gaya Chomsky, tata bahasa
transformasional mulai muncul dalam bentuk semantik generatif dan tata bahasa
kasus.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0